Pernahkah mendengan istilah astigmatisme? Mungkin kita akan familiar untuk mengenal istilah ini dengan nama lain yaitu mata silinder. Mata silinder terjadi akibat ketidakmampuan mata membiaskan cahaya sehingga titik fokus jatuh tidak tepat di retina.
Kondisi ini bisa membuat pandangan pengidapnya menjadi kabur, baik dari dekat maupun jauh. Hal yang perlu diingat, astigmatisme ini bisa dialami siapa saja baik dewasa maupun anak-anak. Lalu apa sih penyebab mata silender atau astigmatisme ini?
Penyebab Mata Menjadi Silinder
Sebenarnya pengidap astigmatisme juga berisiko mengalami masalah mata lainnya. Sebab, mata silinder bisa terjadi bersamaan dengan rabun dekat atau rabun jauh.
Mata silinder disebabkan oleh kelengkungan kornea atau lensa mata yang tidak teratur. Bila kornea atau lensa mata tidak melengkung secara merata, maka sinar cahaya tidak akan dibiaskan dengan benar. Inilah yang membuat pandangan menjado kabur atau terdistorsi pada jarak dekat atau pun jauh.
Astigmatisme boleh dibilang sebagai keluhan mata yang sangat umum. Sayangnya, hingga kini para ahli belum mengetahui pasti mengapa bentuk kornea berbeda pada setiap orang. Namun, ada dugaan kalau penyebab mata silinder ini “diwariskan” dari orangtua. Di samping itu, seseorang juga bisa mengembangkan astigmatisme ketika mengalami cedera mata atau operasi mata.
Hal yang perlu digaribawahi, mata silinder tidaklah disebabkan oleh kebiasaan yang keliru. Misalnya, membaca dalam cahaya yang redup atau menonton televisi dengan jarak yang sangat dekat. Singkat kata, menurut ahli di atas pendapat tersebut cuma mitos belaka.
Nah, selain hal-hal di atas, ada pula beberapa faktor risiko atau penyebab mata silender lainnya yang mesti diwaspadai. Contohnya :
- Riwayat keluarga dengan silinder atau gangguan mata lainnya seperti degenerasi kornea.
- Jaringan parut atau penipisan kornea mata.
- Rabun jauh yang berlebihan, sehingga membuat pandangan kabur di kejauhan.
- Rabun dekat yang berlebihan, sehingga membuat pandangan close up yang kabur.
- Pernah melakukan jenis operasi mata tertentu seperti operasi katarak.
Gejala yang Dialami Mata Silinder
Untuk beberapa kasus, sebenarnya penyakit mata ini tak menimbulkan gejala sama sekali. Akan tetapi, ada pula beberapa orang yang bisa mengalami gejala seperti :
- Kesulitan membedakan warna yang mirip.
- Distorsi penglihatan, misalnya melihat garis lurus tampak miring.
- Kesulitan melihat saat malam hari.
- Pandangan jadi samar atau tidak fokus.
- Jadi sensitif terhadap sorotan cahaya.
- Sering menyipitkan mata saat melihat sesuatu.
- Mata mudah lelah dan sering tegang.
- Sulit untuk melihat objek secara detail, baik dari dekat maupun dari kejauhan.
Metode Pengobatan Astigmatisme
Sebenarnya, astigmatisme pada anak atau orang dewasa tergolong sangat ringan dan tak membutuhkan pengobatan. Lagipula, pengobatan astigmatisme bukan bertujuan untuk mengobati, tetapi memperbaiki kualitas penglihatan dengan menggunakan kaca mata, lensa, atau melalui prosedur bedah mata menggunakan sinar laser.
Lensa korektif contohnya, dapat membuat cahaya fokus saat menyentuh korena mata pengidap astigmatisme yang memiliki permukaan atau lengkungan tidak rata. Dengan begini, cahaya yang masuk ke dalam mata dapat jatuh tepat di retina. Pengidap astigmatisme dapat menggunakan lensa korektif dalam bentuk kaca mata atau lensa mata. Pastinya kaca mata atau lensa ini akan disesuaikan dengan kenyamanan dan rekomendasi yang diberikan oleh dokter.
Kalau pengobatan menggunakan sinar laser lain lagi ceritanya. Pengobatan ini bertujuan untuk memperbaiki jaringan pada kornea mata yang tidak melengkung seperti seharusnya. Jaringan sel terluar yang ada pada permukaan kornea akan diangkat terlebih dulu sebelum sinar laser digunakan untuk mengubah bentuk kornea dan memulihkan kemampuan mata memfokuskan cahaya.
Prosedur ini umumnya membutuhkan waktu paling lama setengah jam. Selanjutnya, kornea dijaga untuk dipulihkan kondisinya. Beberapa jenis prosedur operasi yang menggunakan bantuan laser untuk pengobatan astigmatisme, yaitu LASIK (laser-assisted in situkeratomileusis), LASEK (laser sub-epithelial keratomileusis), dan fotorefraktif keraktektomi (PRK).