Autoimun Disebabkan Karena Kekurangan Vitamin D, Benarkah?

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on telegram
Telegram
Share on whatsapp
WhatsApp
Benarkah kekurangan vitamin D dapat sebabkan autoimun? Yuk cek informasimya disini.
Table of Contents

Kekurangan vitamin D bisa sebabkan beberapa keluhan fisik. Katanya, penyakit autoimun juga bisa terjadi kalau vitamin D kurang!

Benarkah Kurang Vitamin D Bisa Sebabkan Penyakit Autoimun?

Penyakit autoimun sering menjadi hal yang ditakuti oleh banyak orang. Karena, gangguan pada kesehatan ini akan menyerang sistem kekebalan tubuh kita sendiri! Tak heran bila dirasa begitu mengancam. Penyebab autoimun harus diketahui dengan baik.

Memang, angka kejadian penyakit autoimun masih relatif kecil dibanding penyakit degeneratif seperti hipertensi dan stroke. Namun, jumlah yang kian meningkat akhirnya membuat banyak orang sadar akan penyakit yang terbilang cukup langka ini.

Lalu, bukti ilmiah menunjukkan kemungkinan bahwa kekurangan vitamin D dapat menyebabkan penyakit autoimun.

Mengenali Penyakit AutoimunSistem kekebalan tubuh pada dasarnya berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan kuman penyakit. Namun, pada kasus penyakit autoimun, sistem kekebalan tersebut terganggu dan malah menyerang sel-sel tubuh yang sehat.

Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah mengenali sel atau jaringan tubuh sebagai ancaman. Sistem ini justru berbalik menyerang dan merusak sel tubuh sendiri, bukan melindungi. Akibatnya, terjadilah kerusakan dan penyakit.

Hingga kini, para ahli belum dapat menemukan dengan pasti penyebab penyakit autoimun. Menurut penelitian, wanita usia subur (15-44 tahun) diketahui lebih rentan terkena penyakit ini dibanding pria.

Beberapa penyakit autoimun juga lebih sering mengenai ras tertentu. Contohnya, lupus lebih sering diidap oleh ras Afrika dan Hispanik dibanding Kaukasia (kulit putih). Selain itu, ada pula penyakit autoimun seperti multiple sclerosis dan lupus yang dapat diturunkan.

Meski penyebabnya belum diketahui pasti, para ahli menduga beberapa faktor yang dapat meningkatkan kerentanan seseorang menderita penyakit autoimun. Yang paling utama adalah gaya hidup dan lingkungan, lalu makanan tinggi lemak dan gula serta yang diproses.

Ada pula teori lain yang mengatakan bahwa anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang terlalu ‘bersih’ justru menyebabkan sistem kekebalan tubuhnya kurang terlatih. Akhirnya, hal ini menyebabkan penyakit autoimun.

Hingga kini, telah tercatat lebih dari 80 jenis penyakit autoimun. Namun, ada beberapa diantaranya yang angka kejadiannya relatif lebih sering.

Contohnya yaitu diabetes melitus tipe 1, rheumatoid arthritis, psoriasis, multiple sclerosis, dan inflammatory bowel disease. Selain itu, penyakit Addison, penyakit Graves, sindrom Sjorgen, dan penyakit Celiac juga relatif sering.

Penyakit tersebut memiliki satu organ spesifik yang diserang oleh sistem kekebalan tubuh. Tapi, ada pula penyakit autoimun yang menyerang hampir semua organ di dalam tubuh, yaitu lupus. Lupus dapat mengenai otak, sendi, rambut, kulit, ginjal, dan jantung.

Vitamin D Tidak Hanya untuk Tulang dan Gigi

Selama ini mungkin kita mengetahui bahwa vitamin D sangat diperlukan tubuh untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi. Memang, sejak sekolah dulu kita diajarkan bahwa vitamin D berperan dalam membantu penyerapan kalsium yang bermanfaat untuk menjaga kekuatan tulang dan gigi.

Namun, telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa ternyata peran vitamin D tidak hanya sebatas itu. Banyak penelitian yang menemukan, vitamin D juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

Menurut sebuah studi mengungkapkan vitamin D dapat melindungi tubuh dari penyakit autoimun seperti multiple sclerosis, diabetes melitus tipe 1, rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan lupus. Para ahli menemukan bahwa gen yang berperan dalam terjadinya penyakit autoimun ternyata diatur oleh vitamin D.

Masalahnya, hingga kini makin banyak saja orang yang kekurangan vitamin D! Tidak hanya masyarakat di negara empat musim saja yang kurang vitamin D akibat sinar matahari yang sedikit sepanjang tahun, tetapi penduduk di negara beriklim tropis seperti Indonesia pun banyak yang masih kekurangan vitamin D.

Hal tersebut diduga terjadi karena kurangnya paparan masyarakat terhadap sinar matahari. Ada yang memang menghindarinya karena bisa menyebabkan kulit menggelap dan penuaan dini. Ada pula yang memang pergi pagi dan pulang malam hingga tidak terkena matahari.

Cara memenuhi kebutuhan vitamin D

Padahal, mencukupi kebutuhan vitamin D tidak sulit lho. Kamu cukup berjemur saja sekitar 30 menit.

Namun, kalau kondisi dan aktivitas tidak memungkinkan untuk sering terkena sinar matahari, ada cara lain yang bisa diterapkan. Konsumsilah makanan kaya vitamin D seperti minyak ikan, salmon, tuna, makarel, sarden, hati sapi, dan kuning telur.

Atau, kamu juga dapat mengonsumsi suplemen vitamin D sesuai dengan anjuran dokter. Agar, manfaatnya bisa didapat dengan maksimal dan terhindar dari efek samping.

Rekomendasi vitamin D yang disarankan untuk usia dewasa hingga 50 tahun adalah 200 IU per hari. Bagi mereka yang berusia 51-70 tahun membutuhkan 400 IU vitamin D per hari, dan lansia di atas 70 tahun membutuhkan 600 IU per hari.

Menurut penelitian, kadar vitamin D darah minimal yang dapat menurunkan risiko penyakit autoimun adalah 30-40 nanogram per mililiter.

Gejala Kekurangan Vitamin

Kekurangan vitamin D memang tidak memiliki gejala spesifik. Contohnya seperti mudah lelah, sering mengantuk, dan kurang bersemangat. Apabila merasa kekurangan vitamin D, berkonsultasilah pada dokter untuk menentukan perlu atau tidaknya melakukan. pemeriksaan vitamin D darah.

Nah, ternyata vitamin D sangat berpengaruh dalam sistem kekebalan tubuh. Untuk menghindari penyakit autoimun, penuhi asupan vitamin untuk tubuh dan terapkan pola hidup sehat.