Beberapa Infeksi Virus Bakteri yang Rentan pada Ibu Hamil

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on telegram
Telegram
Share on whatsapp
WhatsApp
Selama masa kehamilan, ibu hamil akan lebih rentan terhadap infeksi virus dan bakteri. Yuk kenali jenis-jenis nya.
Table of Contents

Pada masa kehamilan, kondisi kesehatan ibu hamil akan menjadi rentan terhadap berbagai macam virus dan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.

Sebenarnya, tubuh sudah punya antibodi yang dapat memerangi infeksi virus atau bakteri tertentu. Sayangnya, perubahan hormon dan fungsi sistem kekebalan tubuh pada masa kehamilan bisa membuat ibu hamil lebih mudah sakit.

Termasuk sakit yang disebabkan oleh infeksi. Bahkan, infeksi ringan pun bisa menyebabkan penyakit serius pada kehamilan dan janin.

Infeksi yang Dapat Membahayakan Janin

Beberapa infeksi dapat ditularkan ibu hamil ke bayinya melalui plasenta atau pada saat proses persalinan. Tanpa penanganan yang tepat, infeksi pada kehamilan bisa menyebabkan komplikasi, seperti persalinan prematur, keguguran, atau bayi cacat lahir.

Berikut beberapa infeksi yang Berisiko bagi ibu hamil :

  • Cacar air

Ibu hamil yang sebelumnya belum pernah mengalami cacar air dan bersinggungan dengan penderita penyakit ini berisiko lebih tinggi mengalami cacar air saat hamil.

Gejala utama yang timbul adalah bercak-bercak merah di seluruh tubuh yang kemudian berisi cairan dan bisa pecah.Gejala ini bisa diikuti dengan demam, nyeri otot, dan penuruan nafsu makan.

Jika kondisi ini tidak segera diatasi, bisa terjadi komplikasi, seperti pneumonia, ensefalitis, dan hepatitis, yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan.

  • Streptococcus grup B

Infeksi pada kehamilan yang juga sering terjadi adalah infeksi Streptococcus grup B. Ibu hamil yang terkena infeksi ini bisa menulari bayinya saat proses persalinan, dan efeknya sangat berbahaya bagi nyawa bayi baru lahir.

Biasanya, infeksi ini tidak menunjukkan gejala. Oleh karena itu, sebaiknya Bumil melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi Streptococcus grup B sebelum persalinan.

Bayi yang telah terinfeksi Streptococcus grup B umumnya menunjukkan gejala demam, masalah pernapasan, kulit kebiruan, dan kejang.

  • CMV (cytomegalovirus)

Infeksi yang lebih sering dialami anak-anak ini dapat menyebabkan gangguan pada janin jika dialami oleh ibu hamil, apalagi jika sebelumnya Bumil belum pernah mengalami infeksi ini.

CMV merupakan jenis virus yang satu kelompok dengan herpes dan dapat menyebabkan luka yang disertai dengan cacar air. Infeksi CMV pada kehamilan dapat menyebabkan bayi mengalami epilepsi, gangguan pendengaran, kebutaan, hingga kesulitan belajar.

  • Hepatitis B

Banyak orang yang sedang terinfeksi hepatitis B tapi tidak merasakan gejala apa pun. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk menjalani tes hepatitis, sebab kondisi ini dapat menular ke janin.

Jika tertular dan tidak ditangani, bayi dapat mengalami penyakit hati dengan kondisi yang berat dalam pertumbuhannya. Oleh karena itu, bayi baru lahir yang telah terinfeksi perlu menerima vaksin hepatitis B dan terapi imun dalam waktu 12 jam setelah melahirkan.

  • Hepatitis C

Seperti hepatitis B, orang yang mengalami hepatitis C sering tidak merasakan gejala apa pun. Penyakit yang menyebar melalui darah ini dapat membahayakan hati. Jika ibu hamil menderita hepatitis C, ada kemungkinan penyakit ini akan diderita juga oleh janinnya, meski tidak sebesar peluang hepatitis B.

Bayi yang baru lahir dengan hepatitis biasanya memiliki berat badan lahir rendah dan memerlukan perawatan intensif neonatal.

  • Herpes genital

Ibu hamil yang mengalami herpes genital atau herpes simplex mungkin perlu menjalani operasi caesar untuk mengurangi risiko menularnya penyakit ini ke bayi pada saat persalinan.

Herpes genital dapat menular melalui hubungan seksual dengan pasangan yang lebih dulu terinfeksi. Gejala awalnya berupa lepuh atau luka yang nyeri pada alat kelamin.

  • Rubella

Rubella atau campak Jerman adalah salah satu dari infeksi yang paling membahayakan janin. Rubella sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi MMR. Sayangnya, vaksin ini tidak dapat diberikan pada ibu hamil.

Oleh karena itu, Bumil disarankan untuk menjalani vaksinasi MMR sebelum hamil.
Ibu hamil yang menderita rubella pada 4 bulan awal kehamilannya berisiko mengalami keguguran atau kecacatan janin. Biasanya, gejalanya meliputi ruam berbintik merah atau merah muda.

Selain beberapa infeksi pada kehamilan di atas, ada juga infeksi lain yang berbahaya, misalnya toksoplasmosis yang ditularkan melalui tinja kucing. Oleh karena itu, Bumil perlu lebih berhati-hati jika memiliki hewan peliharaan.

Cara Mengurangi Risiko Infeksi pada Ibu Hamil

Untuk mencegah terkena infeksi, Bumil sebaiknya menjaga jarak dengan orang yang sedang sakit. Sayangnya, tidak semua penyakit tersebut menimbulkan gejala. Sering kali seseorang tidak mengetahui bahwa dirinya sedang menderita infeksi tertentu.

Oleh karena itu, penting juga bagi Bumil untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum dan selama kehamilan. Selain itu, Bumil juga dapat mengikuti beberapa panduan di bawah ini:

  • Hindari kontak dengan hewan peliharaan selama hamil, terutama jika hewan sedang sakit. Mintalah bantuan orang lain untuk mengurus keperluannya, seperti membersihkan tinja dan kandang.
  • Kenakan sarung tangan jika Bumil sering berkebun atau bercocok tanam.
  • Pastikan untuk mencuci sayuran dan buah yang akan dikonsumsi.
  • Pastikan telur, ikan, dan daging dimasak hingga matang sebelum dikonsumsi.
  • Hindari mencium bibir anak kecil.
  • Cuci tangan secara teratur dengan air hangat dan sabun, terutama setelah mengganti popok anak.
  • Hindari berbagi pakai alat makan maupun minum dengan anak-anak.
  • Pastikan Bumil telah mendapatkan vaksin yang dibutuhkan selama hamil.

Lakukan konseling prakonsepsi untuk mempersiapkan kehamilan yang akan datang untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan selama kehamilan.

Meski infeksi-infeksi di atas membahayakan, Bumil tidak perlu terlalu khawatir. Upayakan untuk mendapat imunisasi lengkap dan mengikuti pola hidup sehat.